Narasi Kalteng

Akurat & Terpercaya

Dosen UPR Terapkan Pertanian Balur Apung di Daerah Aliran Sungai

Foto: Tim Dosen Universitas Palangka Raya (UPR). (ist)

PALANGKA RAYA – Tim Dosen Universitas Palangka Raya (UPR) berhasil mengimplementasikan sistem Pertanian Balur Apung di Desa Tanjung Sangalang, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau. Inovasi ini memanfaatkan rakit terapung sebagai media tanam di daerah aliran sungai yang rawan banjir.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) BIMA UPR. Tim yang diketuai oleh Neny Kurniawati, M.Si., beranggotakan Samsul Arifin, M.Si., dan Odi Andanu, M.T., serta dibantu oleh lima mahasiswa.

“Kami menggunakan jerigen bekas yang dirakit dengan kerangka kayu tahan air untuk membuat balur apung berukuran 1,5×4 meter. Satu balur dapat menampung 100 polybag berukuran 35×35 cm,” jelas Neny Kurniawati pada Sabtu (16/9/2024).

Pelatihan sistem pertanian balur apung dilaksanakan pada Kelompok Tani Sangalang Hapakat. Tahapan kegiatan meliputi pembuatan balur apung, penyemaian bibit, pemindahan tanaman ke polybag, pembuatan pupuk organik, dan instalasi sistem penyiraman otomatis.

Atie, Ketua Kelompok Tani, mengungkapkan antusiasmenya terhadap inovasi ini. “Ini sangat bagus untuk dikembangkan. Sebelumnya, kami tidak pernah membayangkan bisa memanfaatkan daerah sungai untuk pertanian,” ujarnya.

Sistem pertanian balur apung menawarkan beberapa keunggulan, termasuk kemudahan perawatan dan solusi untuk keterbatasan lahan di daerah aliran sungai. Tanaman yang dibudidayakan meliputi cabai, tomat, dan terong.

Program yang berlangsung dari 1 Juni hingga 18 November 2024 ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat Desa Tanjung Sangalang.

“Kami berharap ini bisa menginspirasi masyarakat sekitar untuk bertani di wilayah aliran sungai menggunakan balur apung,” tambah Neny.

Implementasi pertanian balur apung tidak hanya memberikan solusi terhadap minimnya lahan pertanian dan kerentanan terhadap banjir, tetapi juga diharapkan dapat memberikan dampak positif yang lebih luas bagi pembangunan pertanian dan kesejahteraan masyarakat desa secara keseluruhan.

Follow Narasi Kalteng di Google Berita.

(uk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Exit mobile version