Orang Tua Korban Dugaan Malapraktik Mengamuk di RSUD dr. Doris Sylvanus
PALANGKA RAYA – Diduga bayinya menjadi korban malapraktik oleh dokter usai menjalani operasi di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya, Kalimantan Tengah, seorang pria bernama Afner Juliwarno yang merupakan orang tua dari pasien mengamuk di sebuah ruangan rumah sakit untuk meminta kejelasan dan pertanggungjawaban pihak medis.
Dalam video amatir yang beredar di media sosial sejak Sabtu (16/3/2024) siang, kasus dugaan malpraktek yang dilakukan oleh pihak RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya kini telah menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Saat dikonfirmasi, Afner Juliwarno dan Meiske Angglelina Verera Tambunan selaku orang tua dari bayi yang diduga menjadi korban malpraktek oleh dokter di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya, melalui pengacaranya, M.H Roy Sidabutar dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Genta Keadilan menjelaskan, pihaknya ke rumah sakit adalah karena meminta kejelasan dari kepada pihak rumah sakit untuk bisa terbuka dalam menyampaikan rekam medis pasien hingga penyebab pasti meninggalnya bayi mereka sesuai dengan fakta dan data yang sebenarnya.
Pasalnya, berdasarkan rekam medik awal, bayi dari pasangan Afner Juliwarno dan Meiske Angglelina Verera Tambunan ini dilahirkan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palangka Raya pada 9 Januari 2024, namun selang beberapa hari setelah dilahirkan, bayi pasangan Afner Juliwarno dan Meiske Angglelina Verera Tambunan ini ada mengalami gangguan sulit buang air besar dan mengalami muntah-muntah.
Pihak Rumah Sakit Muhammadiyah Palangka Raya pun kemudian mengeluarkan surat rujukan untuk dibawa ke RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya agar bisa diberikan tindakan medis oleh dokter spesialis.
“Jadi bayi ini lahir secara sesar tanggal 9 Januari 2024 di Rumah Sakit Muhammadiyah, kemudian tanggal 12 Januari dirujuk untuk pindah ke rumah sakit ke RSUD Doris Sylvanus, tujuannya adalah untuk bertemu dengan dokter spesialis bedah anak,” kata Roy Sidabutar. Sabtu (16/3/2024)
Setelah tiga hari mendapat perawatan di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya, pihak rumah sakit kemudian menyarankan bayi pasangan Afner Juliwarno dan Meiske Angglelina Verera Tambunan ini untuk segera diberikan tindakan operasi.
“Tindakan operasi ini dilakukan pada tanggal 16 Januari 2024, pihak rumah sakit pun kemudian mendesak agar orang tua pasien menandatangani surat persetujuan operasi, karena kedua orang tua bayi ini tidak mengerti seperti apa kondisi anaknya, lalu disetujui lah tindakan operasi ini yaitu membuat stoma pada bagian perut bayi, namun ternyata dalam operasi itu juga sekaligus dilakukan operasi pemotongan usus, padahal operasi tersebut baru bisa dilakukan setelah usia bayi 3 bulan atau 6 bulan,” bebernya.
Lebih lanjut, Roy menjelaskan usai operasi dilakukan, ternyata kondisi bayi dari pasangan Afner Juliwarno dan Meiske Angglelina Verera Tambunan ini mengalami ketidakstabilan, sementara bayi yang selesai di operasi tidak ditempatkan di ruang khusus seperti ICU atau inkubator, hanya di ruang biasa saja.
“Pada tanggal 22 Januari, bayi ini kemudian dilakukan pemeriksaan toraks seperti rongga dada, otot, pembuluh darah besar dan organ dalam seperti paru-paru dan jantung, hasilnya pihak medis menemukan adanya lubang di bagian jantung, yang jadi pertanyaan apa yang menjadi penyebab lubang pada jantung bayi tersebut, apakah karena kelebihan dosis obat bius saat operasi atau seperti apa?, ini yang kami tidak mendapat kejelasan dari pihak rumah sakit Doris Sylvanus,” kata Roy Sidabutar.
Akibat tidak adanya penjelasan dan keterangan yang memuaskan, pasangan Afner Juliwarno dan Meiske Angglelina Verera Tambunan, akhirnya pihak RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dilaporkan ke Polda Kalteng dengan nomor laporan STTLP/25/II/YAN.2.5./2024/SPKT atas dugaan malpraktek atau karena kelalaian terhadap pasien.
Sementara itu, Meiske Angglelina Verera Tambunan, selaku ibu dari bayi yang diduga menjadi korban dugaan malapraktik di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya mengatakan, dirinya berharap bisa mendapatkan keadilan dan mendapatkan jawaban yang memuaskan penyebab meninggalnya anak pertama buah cintanya bersama Afner Juliwarno.
“Saya berharap dengan adanya kasus ini, jangan sampai ada lagi, bayi-bayi yang meninggal dunia di rumah sakit Doris Sylvanus dengan tidak wajar tanpa ada penjelasan dari dokter yang benar-benar menanganinya dengan baik, saya juga meminta pelayanan kepada pasien harus ditingkatkan lagi,” pungkasnya.










Tinggalkan Balasan