Ribuan TV Interaktif Disalurkan, Pendidikan Kalteng 100 Persen Digitalisasi
PALANGKA RAYA – Wakil Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Edy Pratowo memaparkan bahwa pemerintah provinsi telah menyalurkan ribuan TV interaktif hingga pelosok. Ia memastikan pendidikan di Kalteng telah 100 persen terdigitalisasi.
Paparan itu disampaikan Edy dalam Rapat Koordinasi Kepala Daerah terkait Revitalisasi Satuan Pendidikan dan Digitalisasi Pembelajaran 2026 yang digelar Kemendikdasmen di ICE BSD City, Tangerang, Kamis 13 November 2025.
Dalam sesi khusus, Edy memaparkan strategi Kalteng menghadapi tantangan geografis dalam pemerataan pendidikan.
Edy menggambarkan Kalteng sebagai provinsi luas lebih dari 153 ribu kilometer persegi, 1,5 kali Pulau Jawa. Namun hanya dihuni sekitar 2,8 juta jiwa. Perjalanan menuju kabupaten di perbatasan Kalimantan Barat dari ibu kota provinsi bisa memakan waktu hingga 12 jam.
“Jadi untuk menjangkau itu, tentu tidak semua wilayah desa ini terjangkau oleh internet,” katanya.
Wilayah Kalteng didominasi lahan datar, rawa, dan gambut. Banyak desa berada di hulu sungai besar seperti Kapuas, Kahayan, dan Mentaya, dengan akses sangat bergantung pada transportasi sungai.
Menghadapi keterbatasan itu, Pemprov Kalteng mengadopsi strategi pembangunan pendidikan berbasis desa. Gubernur Agustiar Sabran menempatkan satuan pendidikan tingkat desa sebagai ujung tombak revitalisasi.
Sejak 2024, pemerintah menyiapkan perangkat pembelajaran digital skala besar.
“Di Kalimantan Tengah tercatat sebanyak lebih kurang 1.984 unit di tahun 2024, kemudian di tahun 2025 ini ada 3.147 unit papan tulis interaktif yang sudah kami lakukan dan ini sudah 100 persen, di samping juga dari Kementerian Mendikdasmen juga membantu,” ujar Edy.
Perangkat itu dipasang di SMA, SMK, dan SKh sebagai tulang punggung pembelajaran digital dan hybrid. Untuk wilayah gelap sinyal, pemerintah menyiapkan panel surya dan jaringan Starlink.
“Ini sudah dilakukan 100 persen di wilayah provinsi Kalimantan Tengah,” tegasnya.
Edy juga memaparkan sistem pemantauan dan evaluasi melalui aplikasi PENA KALTENG, yang memuat data seluruh SMA, SMK, dan SKh. Aplikasi ini menjadi ruang evaluasi terbuka sekaligus acuan pemerintah memastikan revitalisasi berjalan efektif.
Dalam layanan siswa, Edy menegaskan tidak ada penahanan ijazah. Siswa bahkan dibekali tiga sertifikat tambahan: analisis data, penguasaan Microsoft, dan digital marketing.
“Kenapa kami lakukan, ini supaya anak-anak kita yang lulus sekolah tidak hanya mendapatkan ijazah tetapi juga harus siap kuliah atau siap bekerja,” ujarnya.
Langkah ini sekaligus menekan angka pernikahan dini dan meningkatkan kualitas SDM sebagai bagian dari upaya menurunkan stunting secara tidak langsung.
Jam belajar di Kalteng berlangsung hingga pukul 15.00 WIB. Siswa mendapatkan tambahan pembelajaran lima bahasa: Inggris, Jepang, Jerman, Arab, dan Prancis.
“Kenapa demikian, kami menyadari betul bahwa SDA Kalimantan Tengah itu melimpah ruah, tetapi kalau ini tidak dibekali dengan SDM unggul dan berdaya saing melalui pendidikan yang bermutu, maka semuanya tidak bisa kita lakukan secara maksimal,” paparnya.
Edy menegaskan, penguatan SDM dan transformasi digital harus berjalan beriringan. Pemerintah provinsi berharap dukungan anggaran dari pusat tetap sejalan dengan komitmen daerah.
“Harapannya di masa-masa datang, anak-anak dari Kalimantan Tengah siap untuk menyongsong masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan