Fraksi NasDem Soroti Lemahnya Hilirisasi, Kesejahteraan Petani-Peternak Kalteng Masih Rentan
PALANGKA RAYA – Fraksi NasDem DPRD Kalimantan Tengah (Kalteng) menyoroti lemahnya program hilirisasi sektor pertanian dan peternakan yang dinilai menjadi faktor utama rendahnya kesejahteraan petani dan peternak di wilayah tersebut. Minimnya industri pengolahan menyebabkan produk lokal hanya dijual dalam bentuk mentah, tanpa nilai tambah yang optimal.
Juru Bicara Fraksi NasDem, Asdy Narang, menyampaikan hal itu saat membacakan pemandangan umum fraksi terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Kalteng Tahun 2024.
“Masih minimnya industri pengolahan hasil pertanian dan peternakan di daerah menyebabkan produk-produk lokal hanya dijual dalam bentuk bahan mentah dengan nilai tambah yang rendah,” ujar Asdy.
Ia menambahkan, kondisi tersebut membuat petani dan peternak terjebak dalam rantai pasok yang panjang dan tidak menguntungkan.
Selain itu, Fraksi NasDem menilai program diversifikasi pangan lokal belum berjalan optimal. Padahal, Kalteng memiliki potensi komoditas lokal besar yang bisa dikembangkan sebagai pangan alternatif, sekaligus memperkuat ketahanan pangan daerah.
“Kami merekomendasikan agar Pemerintah Provinsi Kalteng melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) melakukan terobosan dalam perencanaan dan implementasi program, antara lain dengan memperluas program intensifikasi berbasis teknologi modern, memperkuat akses permodalan dan asuransi pertanian, serta memperkuat kelembagaan ekonomi petani dan peternak melalui pembentukan koperasi dan Badan Usaha Milik Petani (BUMP),” jelas Asdy.
NasDem juga mendorong pembangunan ekosistem industri pengolahan hasil pertanian dan peternakan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Langkah ini diyakini dapat meningkatkan nilai tambah, memperluas pasar, dan memperbaiki posisi tawar petani dan peternak Kalteng.
Salah satu indikator yang menjadi perhatian adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Pada September 2024, NTP Kalteng tercatat sebesar 125,38, turun 0,27 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan terutama terjadi di subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan.
“Capaian ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani masih belum terjaga stabilitasnya,” pungkas Asdy.
Tinggalkan Balasan