Harga Cabai dan Listrik Picu Inflasi Kalteng, Pemprov Galakkan Gerakan Tanam Cabai

Foto: Sahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Yuas Elko saat menghadiri konferensi pers Berita Resmi Statistik yang diselenggarakan oleh BPS Provinsi Kalteng. (ist)

PALANGKA RAYA – Staf Ahli (Sahli) Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Yuas Elko, menghadiri konferensi pers berita resmi statistik yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, bertempat di Ruang Vicon Kantor BPS Kalteng, Selasa 8 April 2025.

Kepala BPS Provinsi Kalteng, Agnes Widiastuti, menyampaikan bahwa inflasi Kalimantan Tengah pada Maret 2025 sebesar 1,33 persen (year-on-year/y-o-y), lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 1,07 persen (y-o-y).

WhatsApp Image 2025-04-18 at 16.25.13
WhatsApp Image 2025-04-02 at 13.18.03

“Sementara itu, secara month-to-month (m-t-m), Kalteng mencatatkan inflasi sebesar 1,71 persen, juga lebih tinggi dari rata-rata nasional yang berada di angka 1,65 persen,” ungkap Agnes.

Ia menjelaskan, sejumlah komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi bulanan di Kalteng antara lain tarif listrik (1,30 persen), cabai rawit (0,15 persen), bawang merah (0,08 persen), emas perhiasan (0,04 persen), dan mi kering instan (0,03 persen).

Meski secara umum mengalami inflasi, terdapat pula beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga atau deflasi, di antaranya daging ayam ras (0,16 persen), bayam (0,03 persen), ikan nila dan ikan peda (masing-masing 0,02 persen), serta kangkung (0,01 persen).

Agnes menambahkan, seluruh kabupaten/kota yang menjadi sampel Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kalteng mengalami inflasi secara bulanan. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sukamara sebesar 2,07 persen, disusul Sampit 1,77 persen, Palangka Raya 1,69 persen, dan Kapuas 1,59 persen.

“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi di keempat daerah tersebut adalah tarif listrik, cabai rawit, dan bawang merah,” jelasnya.

Menurut Agnes, peningkatan permintaan terhadap bahan makanan, khususnya bumbu dapur seperti cabai dan bawang, terjadi karena banyaknya pedagang musiman yang berjualan lauk berbuka puasa.

“Kenaikan harga bawang merah dipengaruhi menurunnya pasokan dari sentra produksi di Jawa yang belum memasuki masa panen serta hasil panen yang terganggu akibat curah hujan tinggi,” ujarnya.

Sementara itu, harga emas dan perhiasan juga mengalami kenaikan menjelang Idulfitri, dipicu oleh kenaikan harga emas dunia dan meningkatnya minat masyarakat membeli perhiasan.

Menanggapi hal tersebut, Yuas Elko menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Kalteng terus berupaya maksimal menjaga stabilitas harga dan menekan laju inflasi.

“Bapak Gubernur telah melakukan panen raya dan pengecekan Rice Milling Unit (RMU) di Kabupaten Pulang Pisau, serta meninjau pabrik pakan ternak. Ini bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.

Yuas menambahkan, Pemprov Kalteng juga menggiatkan gerakan tanam cabai sebagai salah satu langkah konkret menekan inflasi.

“Harga cabai mudah berfluktuasi. Dengan membagikan bibit cabai kepada masyarakat untuk ditanam di pekarangan rumah, diharapkan kebutuhan rumah tangga bisa dipenuhi sendiri sehingga harga cabai tetap terkendali,” pungkasnya.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut jajaran BPS Provinsi Kalteng, perwakilan dari perangkat daerah, serta insan pers.

Follow Narasi Kalteng di Google Berita.

(Uk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

You cannot copy content of this page